Waspadai Hama Pengisap Polong Riptortus Liniaris Fabriccius pada
Tanaman Kedelai di Musim Kemarau
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Pengaruh kenaikan suhu pada musim kemarau berdampak terhadap
perkembangan dan pertumbuhan serangga hama. Dalam kondisi lingkungan dengan
suhu optimum, kecepatan proses metabolisme serangga hama akan meningkat dan
berbanding lurus dengan kenaikan suhu lingkungan, yang berarti bahwa apabila
suhu naik maka proses metabolisme serangga akan semakin cepat. Proses
metabolisme di dalam tubuh serangga hama merupakan fenomena kompleks
fisio-kimia yang menentukan kecepatan tumbuh dan berkembangnya suatu organisme.
Apabila metabolisme berlangsung cepat, maka perkembangan serangga hama akan
semakin meningkat. Waktu yang dibutuhkan serangga hama untuk berkembang
berbanding terbalik dengan suhu, berarti bahwa jika suhu meningkat maka proses
metabolisme makin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
perkembangan serangga semakin cepat.
Di Indonesia, hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis
Fabricius. dapat menimbulkan kerusakan polong yang sangat parah. Kehilangan
hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 80% bahkan puso apabila tidak ada
tindakan pengendalian. Sebaran hama ini
terdapat hampir di seluruh provinsi dan merupakan salah satu hama utama
di daerah sentra produksi kedelai. Oleh karena itu, pada musim kemarau saat ini
perlu diwaspadai munculnya hama ini pada tanaman kedelai.
Kepik polong dewasa mirip dengan walang sangit, berwarna kuning coklat
dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Kepik betina dan
jantan dapat dibedakan dari perutnya. Perut kepik betina membesar dan kembung
pada bagian tengahnya, sedangkan perut kepik jantan lurus dan ramping. Panjang
tubuh kepik betina 13 - 14 mm dan yang jantan 11 - 13 mm. Telur diletakkan
berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun serta pada polong, berderet 3 -
5 butir. Telur berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, berwarna biru
keabu-abuan dan berubah menjadi coklat suram serta berdiameter 1,2 mm. Setelah
6 - 7 hari, telur menetas dan keluar kepik muda (nimfa). Dalam perkembangannya,
kepik muda mengalami 5 kali pergantian kulit. Tiap pergantian kulit terdapat
perbedaan bentuk, warna, ukuran dan umur. Kepik muda mirip semut hitam.
Rata-rata panjang tubuh nimfa pertama sampai ke lima berturut-turut adalah 2,6
mm, 4,2 mm, 6,0 mm, 7,0 mm dan 9,9 mm. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) ditemukan
sejenis Riptortus yang lain, kadang-kadang populasinya bercampur dengan
Riptortus linearis. Garis kuning yang terdapat pada badannya tidak memanjang di
sepanjang badannya, tetapi terputus oleh warna putih pada satu segmen
antenanya.
Kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong dan biji. Cara
menyerangnya dengan menusukkan stilet pada kulit polong dan terus ke biji
kemudian mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase perkembangan
biji dan pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji kempis, mengering dan
gugur. Selain kedelai, kepik polong juga menyerang Tephrosia spp., Acacia
villosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, Convolvulaceae, Crotalaria, kacang
panjang dan kacang hijau.
Komponen pengendalian hama pengisap polong adalah: 1) Tanam serempak
dengan selisih waktu kurang dari 10, 2) Pergiliran tanaman bukan tanaman inang,
3) Pemanfaatan tanaman perangkap Sesbania rostrata sebagai tanaman pinggiran,
4) Pemanfaatan tanaman perangkap kacang hijau, yang ditanam 15% dari populasi
tanaman, dan 5) Aplikasi insektisida
bila populasi mencapai ambang kendali (klorfluazuron, betasiflutrin,
sipermetrin, alfametrin, carbosulfan,
sihalotrin, sipermetrin).
Sumber: Marwoto (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar