Kamis, 30 Oktober 2014

Waspadai Hama Pengisap Polong Riptortus Liniaris Fabriccius pada Tanaman Kedelai di Musim Kemarau



Waspadai Hama Pengisap Polong Riptortus Liniaris Fabriccius pada Tanaman Kedelai di Musim Kemarau
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Pengaruh kenaikan suhu pada musim kemarau berdampak terhadap perkembangan dan pertumbuhan serangga hama. Dalam kondisi lingkungan dengan suhu optimum, kecepatan proses metabolisme serangga hama akan meningkat dan berbanding lurus dengan kenaikan suhu lingkungan, yang berarti bahwa apabila suhu naik maka proses metabolisme serangga akan semakin cepat. Proses metabolisme di dalam tubuh serangga hama merupakan fenomena kompleks fisio-kimia yang menentukan kecepatan tumbuh dan berkembangnya suatu organisme. Apabila metabolisme berlangsung cepat, maka perkembangan serangga hama akan semakin meningkat. Waktu yang dibutuhkan serangga hama untuk berkembang berbanding terbalik dengan suhu, berarti bahwa jika suhu meningkat maka proses metabolisme makin cepat dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkembangan serangga semakin cepat.

Di Indonesia, hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis Fabricius. dapat menimbulkan kerusakan polong yang sangat parah. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 80% bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Sebaran hama ini  terdapat hampir di seluruh provinsi dan merupakan salah satu hama utama di daerah sentra produksi kedelai. Oleh karena itu, pada musim kemarau saat ini perlu diwaspadai munculnya hama ini pada tanaman kedelai.

Kepik polong dewasa mirip dengan walang sangit, berwarna kuning coklat dengan garis putih kekuningan di sepanjang sisi badannya. Kepik betina dan jantan dapat dibedakan dari perutnya. Perut kepik betina membesar dan kembung pada bagian tengahnya, sedangkan perut kepik jantan lurus dan ramping. Panjang tubuh kepik betina 13 - 14 mm dan yang jantan 11 - 13 mm. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan atas atau bawah daun serta pada polong, berderet 3 - 5 butir. Telur berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, berwarna biru keabu-abuan dan berubah menjadi coklat suram serta berdiameter 1,2 mm. Setelah 6 - 7 hari, telur menetas dan keluar kepik muda (nimfa). Dalam perkembangannya, kepik muda mengalami 5 kali pergantian kulit. Tiap pergan­tian kulit terdapat perbedaan bentuk, warna, ukuran dan umur. Kepik muda mirip semut hitam. Rata-rata panjang tubuh nimfa pertama sampai ke lima berturut-turut adalah 2,6 mm, 4,2 mm, 6,0 mm, 7,0 mm dan 9,9 mm. Di Nusa Tenggara Barat (NTB) ditemukan sejenis Riptortus yang lain, kadang-kadang populasinya bercampur dengan Riptortus linearis. Garis kuning yang terdapat pada badannya tidak memanjang di sepanjang badannya, tetapi terputus oleh warna putih pada satu segmen antenanya.

Kepik muda dan dewasa mengisap cairan polong dan biji. Cara menyerangnya dengan menusukkan stilet pada kulit polong dan terus ke biji kemudian mengisap cairan biji. Serangan yang terjadi pada fase perkembangan biji dan pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji kempis, mengering dan gugur. Selain kedelai, kepik polong juga menyerang Tephrosia spp., Acacia villosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, Convolvulaceae, Crotalaria, kacang panjang dan kacang hijau.

Komponen pengendalian hama pengisap polong adalah: 1) Tanam serempak dengan selisih waktu kurang dari 10, 2) Pergiliran tanaman bukan tanaman inang, 3) Pemanfaatan tanaman perangkap Sesbania rostrata sebagai tanaman pinggiran, 4) Pemanfaatan tanaman perangkap kacang hijau, yang ditanam 15% dari populasi tanaman, dan  5) Aplikasi insektisida bila populasi mencapai ambang kendali (klorfluazuron, betasiflutrin, sipermetrin, alfametrin,  carbosulfan, sihalotrin, sipermetrin).

Sumber: Marwoto (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar