Sorgum Untuk Pangan dan Bioetanol
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Sorgum merupakan tanaman serealia potensial untuk dikembangkan untuk
menunjang program ketahanan pangan dan agribisnis mengingat daya adaptasinya
yang luas serta kebutuhan airnya rendah. Keunggulan sorgum diantaranya: 1) daya
adaptasi luas pada berbagai agroekologi (Pantai hingga pegunungan), 2)
kebutuhan airnya sedikit, sekitar 150-200 mm/musim (separuh kebutuhan air
jagung, sepertiga kebutuhan air tebu), 3) tahan pada lahan marjinal seperti
lahan masam, asin dan basa, 4) dapat tumbuh pada tanah miring, dan 5) lebih
tahan hama penyakit.
Sorgum merupakan tanaman yang multifungsi karena semua bagian tanaman
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bioetanol. Komposisi
kimia biji sorgum tidak banyak berbeda dengan beras atau terigu. Kandungan
karbohidrat sorgum sebesar 73,8% (beras = 76% dan terigu 77%), protein 9,8%
(beras 8% dan terigu 12%). Komposisi kimia sorgum yang mirip dengan beras atau
terigu merupakan indikasi bahwa sorgum dapat mensubtitusi beras karena
nilaigizinya tinggi, tepung sorgum juga dapat dijadikan cake, cookies dan bahan
baku industry (glukosa, MSG, Asam laktat). Nira batang sorgum merupakan sumber
bioetanol, dan ampas batang dan daun
dapat digunakan sebagai pakan ternak.
Perakitan varietas sorgum secara umum diarahkan pada 2 tujuan utama
yaitu perakitan sorgum untuk pangan (hasil tinggi warna putih) serta untuk
produksi bioetanol (rendemen etanol tinggi). Badan Litbang Pertanian telah
merilis 2 varietas sorgum untuk pangan
yaitu Varietas Numbu (umur panen 100 hari, hasil biji 3,1 t/ha dan
panjang malai 23 cm), serta Varietas Kawali
(umur panen 100 hari, hasil biji 2,9 t/ha dan panjang malai 28 cm).
Badan Litbang juga giat mengembangkan sorgum manis untuk produksi
bioetanol. Eksplorasi potensi etanol sorgum manis diperoleh dari nira batang
sorgum, bagase dan biji. Nira adalah cairan yang diperoleh dari hasil perasan
batang sorgum manis, sedangkan bagase adalah ampas hasil perasan batang sorgum
dalam bentuk sellulosa yaitu polisakarida yang dididrolisis menjadi
monosakarida seperti glukosa, sukrosa dan bentuk gula lainnya yang kemudian
dikonversi menjadi etanol. Sedangkan sumber etanol dari biji adalah pati yaitu
karbohidrat yang berbentuk polisakarida
berupa polimer anhidromonosakarida, dimana
komponen utama penyusun
pati adalah amilosa dan
amilo-pektin yang masing masing tersusun
atas satuan glukosa (rantai glukosida) yang kemudian dikonversi menjadi etanol.
Terdapat 2 galur potensial untuk produksi bioetanol ( Water Hammu
Putih dan 15011B) dengan total hasil bioetanol dari biji, bagase dan nira
sebesar 4000 liter/ha. Kedua galur sorgum tersebut direncanakan dilepas pada
Tahun 2012. Produksi bioetanol dari sorgum manis dapat ditingkatkan lagi
apabila kemampuan ratun dari sorgum manis dimanfaatkan secara optimal. Potensi
ratun sangat menjanjikan utamanya pada lahan kering dimana tanaman palawija
lain sudah tidak bisa tumbuh, namun sorgum ratun mampu tumbuh dengan baik tanpa
harus mengolah tanah dan menanam lagi. Badan Litbang Pertanian juga sedang
melakukan uji multi lokasi sorgum hibrida untuk perbaikan potensi hasi dari 3
t/ha (komposit) menjadi >6 t/ha.
Sorgum yang telah diolah menjadi etanol dapat dimanfaatkan sebagai
pengganti bahan bakar minyak tanah dengan kadar etanol 40-60%, untuk kebutuhan
laboratorium dan farmasi 70-90%, dan sebagai bahan substitusi premium 90-100
persen. Pabrik etanol dalam skala yang relatif terbatas, khususnya yang
menghasilkan produk sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah, sudah
berkembang di beberapa daerah di Jawa dengan potensi produksi 100-200 liter per
hektar. Hal ini penting artinya bagi masyarakat di daerah yang tidak terjangkau
atau sulit memperoleh gas sebagai bahan bakar. Kompor etanol yang sudah mulai
diproduksi dengan harga terjangkau, berkisar antara Rp. 50-150 ribu per unit.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar