Tumpangsari Ubi Kayu dan Kedelai
Sistem Double-Row
Pusat Penelitian Tanaman Pangan Kementerian
Pertanian Republik Indonesia
Ubi kayu dapat ditanam sebagai
tanaman tunggal (monokultur), tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain
(tumpangsari atau tumpang-sisip). Untuk petani yang mengutamakan hasil ubi
kayu, namun ingin mendapatkan tambahan penghasilan dari kacang-kacangan, padi
gogo, kedelai, atau jagung, maka dapat menggunakan teknik budidaya secara baris
ganda (double row). Dengan pengaturan tanam double-row dimungkinkan untuk
menanam dua kali tanaman kedelai, tanpa mengurangi hasil panenan ubi kayu.
Dengan teknik ini, petani lebih cepat mendapat hasil tunai dari panen kedelai
sementara menunggu tanaman ubi kayu dapat dipanen.
Sistem budidaya (pola tanam)
tumpangsari ubikayu dengan kedelai di lahan kering biasa diterapkan petani di
Pulau Jawa dengan beberapa keuntungan
antara lain: 1) pertanaman kedelai dapat memanfaatkan ruang kosong antar
barisan tanaman muda ubikayu, 2) petani memperoleh hasil panen dalam waktu
singkat (80 - 85 hari) dari tanaman kedelai; 3) daun kedelai yang rontok dan
perakaran kedelai yang membentuk bintil rhizobium menambah kesuburan tanah; (4)
produktivitas lahan dan nilai ekonomi usahatani dalam satu tahun meningkat; dan
5) secara empiris kombinasi tanaman ubikayu-kedelai menghasilkan pertumbuhan
yang serasi.
Pada dasarnya teknik ini
menggabungkan tiga macam budidaya, yakni: 1) budidaya monokultur tanaman
kedelai pada musim pertama (awal musim hujan), 2) tumpang-sisip dengan
penanaman ubi kayu yang diatur secara baris ganda (double-row) (umur kacang
tanah 20 hari), 3) budi daya lorong tanaman kedelai di antara ubi kayu pada
musim kedua (menjelang akhir musim hujan). Walaupun populasi ubi kayu sedikit
lebih rendah dibanding populasi monokultur (sekitar 90%), namun pada penanaman
tumpangsari, hasil ubi kayu per pohon lebih tinggi sehingga hasil total lebih
tinggi daripada monokultur.
Cara penanaman kedelai dan ubi
kayu double-row: 1) waktu tanam pada awal MH-1; 2) Kacang tanah ditanam dengan
populasi 100% (sebagaimana budi daya monokultur biasa); 3) Stek ubi kayu ditanam
setelah tanaman kedelai berumur 20 hari; 4) Ubi kayu ditanam secara baris ganda
dengan jarak tanam (60x70) x 260 cm. Jarak tanam 60 x 70 cm adalah jarak tanam
ubi kayu dalam baris ganda, sedangkan 260 cm adalah jarak antar baris ganda ubi
kayu (lihat gambar); 5) penanaman kedelai kedua akhir MH-2; 6) Setelah kedelai
dipanen, maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm. Di
antara lorong tersebut dapat ditanam kacang-kacangan sebanyak 5 (lima) baris
dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 35 x 20 cm. Dengan jarak tanam ini populasi
sekitar 70% dari monokultur.
Sumber: Disarikan dari Buku
Teknologi Produksi Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Kayu, dan Ubi Jalar
Tahun 2014 Balitkabi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar