Jumat, 24 Oktober 2014

Bulai: Penyakit Utama pada Tanaman Jagung



Bulai: Penyakit Utama pada Tanaman Jagung
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung yang menjadi ancaman bagi pengembangan jagung di Indonesia. Penyakit bulai menjadi perhatian serius karena penyebarannya tidak hanya di Indonesia, namun hingga ke berbagai negara di Amerika, Afrika, Eropa, Australia dan Asia lainnya seperti India, Thailand dan Filipina. Terdapat sepuluh cendawan penyebab penyakit bulai dan di Indonesia  disebabkan oleh tiga spesies cendawan yaitu Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis dan Peronosclerospora sorghii. Serangan bulai telah menyebar hamper di seluruh provinsi di Indonesia. Kehilangan hasil bias mencapai 100% (puso) jika infeksi bulai terjadi pada varietas yang tidak mempunyai ketahanan terhadap bulai (rentan) di awal vegetatif. Outbreak penyakit bulai pernah terjadi di beberapa wilayah antara lain Kab. Tegal (Jateng), Kediri dan Jombang (Jatim), Bengkayang (Kalbar), Simalungun dan Berastagi (Sumut).

Fase kritis terjadi infeksi cendawan penyebab penyakit bulai terjadi antara 0 – 14 hari setelah tanam (HST) dan bahkan hingga mencapai 5 minggu setelah tanam (MST). Gejala khas bulai adalah munculnya khlorotik yang memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara bagian daun terinfeksi dan daun sehat. Di permukaan atas dan bawah daun terdapat warna putih seperti tepung yang biasanya sangat jelas terlihat pada pagi hari. Pertumbuhan tanaman terhambat, termasuk pembentukan tongkol atau bahkan tidak terbentuk tongkol, daun-daun yang bergejala khlorotik menjadi sempit dan kaku, kadang-kadang menggulung dan terpelintir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang terbentuk akan terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi pada saat umur masih muda, umumnya tidak akan menghasilkan buah. Bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua, masih terbentuk buah namun terhambat pertumbuhannya dan kerdil.

Berbagai komponen pengendalian penyakit bulai yang perlu dilakukan antara lain: 1) menanam varietas yang tahan penyakit bulai (Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Bima 16, Bima 17 Bima 18, Gumarang, Lagaligo, Lamuru, Srikandi dan Sukmaraga); 2) pengaturan waktu tanam yaitu dengan menentukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan untuk menghindari terjadinya infeksi pada fase kritis; 3) penanaman jagung secara serempak untuk mencegah dan menekan terjadinya penularan dan penyebaran penyakit; 4) pemusnahan  seluruh bagian tanaman yang telah terinfeksi serta berbagai tumbuhan lain yang menjadi ianang alternatif cendawan penyebab penyakit bulai (eradikasi sumber inokulum)dan 5) penggunaan fungisida  berbahan aktif metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih.

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar