Bulai: Penyakit Utama pada Tanaman Jagung
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung yang menjadi ancaman
bagi pengembangan jagung di Indonesia. Penyakit bulai menjadi perhatian serius
karena penyebarannya tidak hanya di Indonesia, namun hingga ke berbagai negara
di Amerika, Afrika, Eropa, Australia dan Asia lainnya seperti India, Thailand
dan Filipina. Terdapat sepuluh cendawan penyebab penyakit bulai dan di
Indonesia disebabkan oleh tiga spesies
cendawan yaitu Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis
dan Peronosclerospora sorghii. Serangan bulai telah menyebar hamper di seluruh
provinsi di Indonesia. Kehilangan hasil bias mencapai 100% (puso) jika infeksi
bulai terjadi pada varietas yang tidak mempunyai ketahanan terhadap bulai
(rentan) di awal vegetatif. Outbreak penyakit bulai pernah terjadi di beberapa
wilayah antara lain Kab. Tegal (Jateng), Kediri dan Jombang (Jatim), Bengkayang
(Kalbar), Simalungun dan Berastagi (Sumut).
Fase kritis terjadi infeksi cendawan penyebab penyakit bulai terjadi
antara 0 – 14 hari setelah tanam (HST) dan bahkan hingga mencapai 5 minggu
setelah tanam (MST). Gejala khas bulai adalah munculnya khlorotik yang
memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara bagian daun
terinfeksi dan daun sehat. Di permukaan atas dan bawah daun terdapat warna
putih seperti tepung yang biasanya sangat jelas terlihat pada pagi hari.
Pertumbuhan tanaman terhambat, termasuk pembentukan tongkol atau bahkan tidak
terbentuk tongkol, daun-daun yang bergejala khlorotik menjadi sempit dan kaku,
kadang-kadang menggulung dan terpelintir serta bunga jantan berubah menjadi
massa daun yang berlebihan. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan
mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang terbentuk akan terinfeksi.
Tanaman yang terinfeksi pada saat umur masih muda, umumnya tidak akan
menghasilkan buah. Bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua, masih terbentuk
buah namun terhambat pertumbuhannya dan kerdil.
Berbagai komponen pengendalian penyakit bulai yang perlu dilakukan
antara lain: 1) menanam varietas yang tahan penyakit bulai (Bima 1, Bima 3,
Bima 9, Bima 14, Bima 15, Bima 16, Bima 17 Bima 18, Gumarang, Lagaligo, Lamuru,
Srikandi dan Sukmaraga); 2) pengaturan waktu tanam yaitu dengan menentukan
periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
untuk menghindari terjadinya infeksi pada fase kritis; 3) penanaman jagung
secara serempak untuk mencegah dan menekan terjadinya penularan dan penyebaran
penyakit; 4) pemusnahan seluruh bagian
tanaman yang telah terinfeksi serta berbagai tumbuhan lain yang menjadi ianang
alternatif cendawan penyebab penyakit bulai (eradikasi sumber inokulum)dan 5)
penggunaan fungisida berbahan aktif
metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan
aktif) per kg benih.
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar