Kutu Kebul Bemisia tabaci: Aleyrodidae Hama Penting Pada Tanaman
Kedelai
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Salah satu gangguan dalam meningkatkan produksi kedelai adalah karena
serangan hama. Berdasarkan hasil identifikasi dari 9 jenis serangga hama
pemakan daun, serangga kutu kebul Bemisia tabaci adalah salah satu jenis hama
yang sangat penting, karena disamping sebagai hama tanaman juga sebagai
serangga hama pembawa virus. Kutu kebul mampu menularkan berbagai penyakit
virus seperti Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV), pada tanaman kedelai. Kutu
kebul termasuk dalam ordo: Homoptera, Famili: Aleyrodidae, Genus:
Bemisia dan spesies: tabaci. Hama ini bersifat polifag (mempunyai banyak jenis
tanaman inang) sehingga sulit dikendalikan. Hama ini dapat menyerang tanaman
dari famili Compositae (letus, krisan), Cucurbitaceae (mentimun, labu, labu
air, pare, semangka dan zuchini), Cruciferae (brokoli, kembang kol, kubis,
lobak), Solanaceae (tembakau, terong, kentang, tomat, cabai) dan Leguminoceae
(kedelai, kacang hijau, kacang tanah, buncis, kapri). Selain itu Bamisia tabaci
juga mempunyai inang selain tanaman pangan yaitu pada tanaman gulma babadotan
(Ageratum conyzoides). Penelitian lain juga menyebutkan kutu kebul ditemukan
pada Ipomoespp.
Perkembangan populasi hama kutu kebul dipicu antara lain oleh
perubahan suhu udara (semakin kering udara, semakin meningkat populasi hama
kutu kebul), waktu tanam yang tumpang tindih dalam suatu areal, varietas
kedelai yang peka, kelembaban udara dan tanah, dan pola pengendalian dengan
insektisida). Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini dapat
mencapai 80%, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso (gagal panen).
Sampai kini, sebagian besar pengendalian hama kutu kebul pada tanaman kedelai
di tingkat petani masih mengandalkan insektisida, namun demikian masih sering
kali gagal. Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan berlandaskan
strategi penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dengan menggunakan komponen
pengendalian yang kompatibel termasuk waktu tanam, varietas tahan, musuh alami,
tanaman perangkap/penghalang jagung, aplikasi pestisida yang berlandasan pada
asas ekologi dan ekonomi diharapkan pengendalian kutu kebul akan lebih efektif.
Komponen-komponen pengendalian hama kutu kebul yang dapat
diaplikasikan dalam penerapan PHT pada tanaman kedelai khususnya untuk
pengendalian hama kutu kebul adalah:
1. Pemanfaatan pengendalian alami dengan mengurangi tindakan-tindakan
yang dapat merugikan atau mematikan perkembangan musuh alami. Penyemprotan dengan dosis insektisida yang
berlebihan maupun frekuensi aplikasi yang tinggi akan mengancam populasi musuh
alami (parasitoid dan predator). Tercatat 75
spesies telah dideskripsi sebagai predator pada kutu kebul, akan tetapi
hanya spesies tertentu yang mampu menurunkan populasi kutu kebul.
2. Pengendalian fisik dan mekanik yang bertujuan untuk mengurangi
populasi hama, mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal, serta mengubah
lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan hama.
Tindakan penyiangan gulma, pengairan atau perbaikan pola tanam dapat membantu
mengurangi populasi dan perkembangan hama.
3. Pengelolaan ekosistem melalui : bercocok tanam, yang bertujuan
untuk membuat lingkungan tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan
pembiakan atau pertumbuhan serangga hama dan penyakit serta mendorong
berfungsinya agensia pengendali hayati. Beberapa teknik bercocok tanam antara
lain :
a) Penanaman varietas toleran terhadap kutu kebul seperti Detam 1,
Detam 2, Wilis, Gepak Kuning, Gepak ijo, Kaba, dan Argomulyo. Untuk daerah endemis kutu kebul tidak
disarankan menanam varietas Anjasmoro. Pada kondisi populasi kutu kebul tinggi
perlu dibantu dengan aplikasi insektisida
b) Penanaman benih sehat yang berdaya tumbuh baik, benih yang sehat
akan tumbuh menjadi tanaman yang sehat pula.
Pada tanaman yang sehat akan mampu mempertahankan diri dari serangan
hama, dengan kemampuan tumbuh kembali (recovery) yang lebih cepat.
c) Pergiliran tanaman untuk memutus siklus hidup hama. Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman
bukan inangnya pada pola tanaman sebelum atau sesudah tanaman kedelai, merupakan
usaha untuk memutus siklus hama agar populasi hama kutu kebul tidak dapat
meningkat dengan cepat.
d) Sanitasi membersihkan tanaman inang di sekitar kebun, sisa-sisa
tanaman atau tanaman lain yang dapat dipakai sebagai inang. Rotasi tanaman
dengan tanaman non inang juga dianjurkan.
e) Waktu tanam yang tepat diusahakan dalam satu hamparan tanam
serempak atau selisih waktu tanam tidak boleh lebih dari 10 hari. Hindari waktu
tanam yang tumpang tindih dari satu area tanam kedelai yang luas. Perbedaan waktu
dan stadia tanaman dalam area yang luas akan mendorong pertumbuhan populasi
hama. Hal ini menyebabkan ketersediaan makanan bagi hama kutu kebul terus
ada sepanjang waktu. Populasi hama
meningkat dengan cepat karena ketersediaan makanan hama yang sesuai, sebagai
akibat kegiatan manusia membudidayakan tanaman kedelai pada areal luas dan
dilakukan secara terus menerus.
f) Penanaman tanaman penghalang atau penolak dengan tujuan menghambat
penerbangan/ migrasi hama, misalnya: penanaman jagung pada areal pertanaman
kedelai untuk menghalangi atau mengganggu migrasi hama kutu kebul. Tanaman
penghalang (barier) dengan tanaman jagung yang rapat dapat membantu mengurangi
migrasi kutu kebul.
4. Penggunaan agensia hayati (Pengendalian Biologis). Pengendalian biologis pada dasarnya adalah
pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan hama. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid,
predator dan patogen serangga hama merupakan agens hayati yang dapat dipakai
sebagai alat pengendalian hama kutu kebul. Predator kutu kebul dari famili Anthocoridae,
Coccinelidae, Chrysopidae, Hemerobiidae dan kebanyakan Miridae tidak mampu
menjaga populasi kutu kebul di bawah ambang ekonomi di rumah kaca, meskipun
demikian predator dari genera Macrolopus atau Dicyphus diketahui mampu
menurunkan populasi kutu kebul. Cendawan dari golongan entomophtorales juga
ditemukan mampu menginfeksi kutu kebul antara lain Conidiobolus spp.,
Entomopthora spp. dan Zoophthora spp.
5. Pestisida nabati atau kimiawi secara selektif untuk mengembalikan
populasi hama pada asas keseimbangannya. Banyak insektisida yang telah
digunakan untuk mengendalikan B. tabaci seperti acetamiprid, buprofezin dan
diafenthiuron, carbosulfan. Akan tetapi pengendalian dengan insektisida
imidacloprid, thiamethoxam, pyriproxyfen, buprofezin, pyridaben dan pymetrozin
tidak mampu mengendalikan hama kutu kebul dan aplikasi insektisida dilaporkan juga menimbulkan
resitensi pada hama ini. Serbuk biji
mimba efektif mengendalikan hama kutu kebul. Keputusan tentang penggunaan
pestisida kimiawi dilakukan setelah
diadakan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan tentang
ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif dan telah diizinkan.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar