Embun Tepung Microsphaera diffusa, Salah Satu Penyakit Merugikan pada
Tanaman Kedelai
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Penyakit embun tepung pada kedelai yang disebabkan oleh jamur
Microsphaera diffusa, merupakan salah satu penyakit merugikan. Infeksi M.
diffusa menyebabkan penurunan produksi kedelai 10–30%, terutama pada varietas
rentan yang terinfeksi sejak awal pertumbuhan (Hartman et al. 1999). Jamur ini
hanya menyerang tanaman hidup karena termasuk parasit sejati. Patogen mampu
bertahan dari satu musim ke musim berikutnya dengan membentuk badan buah
berbentuk bulat dan berwarna hitam yang disebut kleistotesia, yang dapat
dijumpai pada residu jaringan tanaman terinfeksi di lapangan. Di dalam
kleistotesia diproduksi spora seksual yang disebut askuspora dan mudah tersebar
oleh angin. Spora seksual tersebut biasanya terbentuk selama musim semi, dan
tidak ditemukan di wilayah tropis.
Askuspora berperan sebagai sumber
primer penyakit. Sumber penyakit sekunder berupa spora aseksual yang disebut
konidia, bisanya terbentuk pada daun dan bagian lain tanaman. Konidia mudah
tersebar oleh angin dan menular antar areal kedelai.
Gambar 1. Gejala penyakit embun tepung M. diffusa pada kedelai
varietas Anjosmoro dan Mahameru (Gambar A, B,C), dan morfologi konidia M.
diffusa isolat Probolinggo (perbesaran 400x).
Pada tahun 2009 di kebun percobaan Balitkabi yang terletak di
Muneng-Probolinggo Jawa Timur, infeksi embun tepung pada dua varietas kedelai
tingkat serangannya sangat parah. Muneng secara geografis terletak pada
ketinggian 10 mdpl, relatif dekat dengan pantai Ketapang. Data hujan 10 tahun
pada periode April–Juni, rata-rata memiliki curah hujan 108–47 mm dengan jumlah
hari hujan 3–9 hari. Pada saat penelitian (Mei–Juni 2009) jumlah hujan
tertinggi mencapai 132 mm dan terendah 41 mm, dengan jumlah hari hujan terendah
3 hari dan tertinggi 9 hari. Kondisi cuaca relatif tidak stabil saat musim
kemarau, dimana sering turun hujan gerimis merupakan faktor pemicu munculnya
penyakit embun tepung pada kedelai. Sementara itu, kedelai varietas Anjasmoro dan
Mahameru memiliki respon sensitif terhadap patogen parasit obligat tersebut.
Keparahan penyakit rata-rata sangat tinggi mencapai 50% pada varietas Mahameru
dan 60% pada Anjasmoro (Gambar 2). Kedua
varietas tersebut dapat dinyatakan rentan terhadap embun tepung.
Gambar 2. Intensitas penyakit embun tepung M. diffusa pada kedelai
Anjasmoro dan Mahameru di KP Muneng-Probolinggo, MK 2009.
Berdasarkan bobot 100 biji, penyakit ini menyebabkan rendahnya bobot
biji pada Anjasmoro rata-rata 14,0 gram
dan pada Mahameru 13,6 gram (Tabel 1). Bobot 100 biji tersebut di bawah kisaran
potensi varietas dengan teknis budidaya optimal. Dari tanaman sakit didapatkan
sejumlah biji abnormal keriput dan tidak bernas atau keriput. Rasio biji normal
dan biji keriput dari 100 butir biji pada Anjasmoro adalah 13:87, sedang pada
Mahameru 68:32.
Pada uji daya kecambah dari hasil panen tanaman terinfeksi M. diffusa,
didapatkan indikasi turunnya viabilitas benih kedelai, persentase daya kecambah
sangat rendah berkisar 48-51%, sedangkan biji dari tanaman sehat daya
kecambahnya lebih tinggi mencapai 86%.
Kehilangan hasil biji kedelai yang dipanen dari tanaman terserang embun tepung
mencapai 12% pada Anjasmoro dan 17% pada Mahameru, perhitungan berbasis bobot 100 biji secara
potensial dan secara aktual dari tanaman terinfeksi (Tabel 2). Dari penelitian
ini tidak didapatkan hasil panen berupa biji karena tanaman dikategorikan puso.
Rendahnya hasil biji, bobot 100
biji, dan daya kecambah merupakan akibat
dari infeksi jamur embun tepung yang telah mengganggu proses fotosintesis.
Proses fotosistesis abnormal menyebabkan pembentukan biji tidak optimal
sehingga berdampak menurunkan komponen produksi. Di dalam deskripsi varietas
aneka kacang (Suhartina 2005), disebutkan bahwa Anjasmoro dan Mahameru berasal dari seleksi massa populasi galur murni
varietas Mansuria, suatu varietas introduksi. Anjasmoro berasal dari galur
Mansuria 395-49-4, dan Mahameru dari Mansuria 204-19-1. Kekerabatan yang erat
tersebut menyebabkan keduanya terserang dengan intensitas tinggi atau parah.
Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa serangan jamur embun tepung pada
stadia generatif tanaman kedelai berpengaruh menurunkan hasil biji, menurunkan
bobot 100 biji, menurunkan kualitas
fisik yaitu menyebabkan biji keriput, serta menurunkan daya tumbuh. Kedelai
Anjasmoro berindikasi lebih rentan daripada
Mahameru.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi