VUB Kacang Tanah Talam 2 dan Talam 3
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Lahan kering masam jenis tanah Ultisol tersebar luas di hampir 25%
dari total daratan Indonesia. Luas lahan kering masam di Sumatera dan
Kalimantan mencapai 16,8 juta ha yang dapat digunakan untuk pengembangan areal
pertanian. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong
sedang hingga tinggi menjadikan tanah
ini memiliki peranan penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di
Indonesia. Reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam pH
5,0-3,1, kecuali tanah Ultisol dari batu gamping yang memiliki reaksi netral
hingga agak masam (pH 6,8-6,5). Peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat
dilakukan melalui perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, pemberian bahan
organik, dan penggunaan varietas toleran atau adaptif pada cekaman lahan masam,
dan kombinasi dari keduanya. Ameliorasi lahan masam dengan pengapuran bertujuan
untuk meningkatkan pH dan menurunkan Al-dd dalam tanah. Namun, pengapuran yang
berlebih dapat menyebabkan defisiensi beberapa unsur mikro sebagai akibat
naiknya pH. Pengapuran sebaiknya hanya dilakukan bila pH tanah di bawah 5,0
karena pada pH di atas 5,5 respon Al rendah karena sudah mengendap menjadi
Al(OH)3. Cara lain untuk mengatasi keracunan Al adalah dengan pemberian bahan
organik ke dalam tanah, karena adanya bahan organik dapat larut, terutama
asam-asam fulvik yang biasanya terdapat pada bahan organik dapat mengurangi
keracunan. Cara tersebut efektif bila cekaman lahan masam hanya terjadi pada
lapisan olah. Bila cekaman lahan masam terjadi hingga ke lapisan subsoil, maka
penggunaan varietas toleran atau adaptif lahan masam perlu dilakukan. Pemberian
kapur hingga 3 t/ha pada kacang tanah toleran lahan masam memberikan hasil
polong yang sama dengan perlakuan tanpa pemberian kapur dan hasil polong
mencapai 2-3 t/ha pada kering masam Ultisol di Lampung.
Penyediaan varietas unggul baru (VUB) kacang tanah terus dilakukan
melalui introduksi varietas dari mancanegara, mutasi, rekayasa genetika, dan
pemuliaan tanaman. Pemuliaan kacang tanah pada tahun 2013 berhasil mendapatkan
keturunan dari persilangan varietas Gajah dengan ICGV 82088 yang dibuat tahun
2000/2001, yaitu Galur GH3 (G/92088//92088-02-B-2-8-1) dan GH4
(G/92088//92088-02-B-2-8-2). Varietas Gajah memiliki adaptasi luas, dan tahan
penyakit layu bakteri, sedangkan ICGV 82088 tahan terhadap penyakit karat dan
bercak daun. Melalui serangkaian pengujian, galur GH3 dan GH4 memiliki
toleransi dan adaptasi yang baik pada lahan kering masam dengan kejenuhan Al
berkisar dari rendah hingga sedang, dan dua lokasi memiliki pH agak netral
(Gambar 1). Galur GH 3 tahan terhadap penyakit karat, agak tahan terhadap penyakit layu, dan agak tahan
terhadap penyakit bercak daun. Ketahanan galur GH 4 terhadap penyakit layu sama
dengan varietas pembanding Talam 1 dan Jerapah. Kacang tanah GH3 dan GH4
memiliki umur yang sama dengan varietas Talam 1, namun lebih genjah dari
varietas Jerapah. Potensi hasil GH3 dan GH4 dicapai pada lokasi yang memiliki
pH 4,5 dan kejenuhan Al sedang, masing-masing memberikan hasil 4,05 t/ha dan
3,73 t/ha polong kering. Hasil polong kering rata-rata GH3 dan GH4
masing-masing 2,5 t/ha, dan 2,6 t/ha. Hasil polong kering kedua galur
tersebut lebih tinggi dari hasil polong
rata-rata varietas Jerapah dan Talam 1, masing-masing 1,94 t/ha dan 2,13 t/ha
polong kering. Dengan alasan tersebut, kacang tanah galur GH3 dan GH4 yang
tergolong tipe spanish (2 biji/polong) dengan warna kulit ari biji rose (merah
muda) (Gambar 2) dilepas sebagai varietas unggul baru masing-masing bernama
Talam 2 dan Talam 3
(Talam = toleran lahan masam).
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar