Kunci Sukses Budidaya Kedelai di Lahan Kering Masam
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Saat ini upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yang paling
memungkinkan adalah dengan cara meningkatkan produktivitas dan menambah luasan
areal pertanaman kedelai. Salah satu kontribusi Balitbangtan untuk meningkatkan
produktivitas kedelai di Indonesia adalah dengan menghasilkan inovasi teknologi
budidaya kedelai spesifik lokasi yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai
1,75 – 2,5 t/ha. Dalam kurun waktu 2010 - 2013 lembaga penelitian dan
pengembangan yang berada di bawah Kementerian Pertanian ini telah menghasilkan
teknologi budidaya kedelai yang dapat meningkatkan produktivitas dari rata-rata
1,2 t/ha menjadi 1,4 t/ha. Namun, upaya pengembangan kedelai melalui perluasan
areal tanam pada kurun waktu tersebut dinilai
belum dapat memenuhi target. Hal ini terkendala pada kesesuaian tanaman kedelai
dengan agroekologi serta agroekonomi dan juga meningkatnya alih fungsi lahan
pertanian di Indonesia.
Menghadapi kendala tersebut, Balitbangtan merekomendasikan untuk
melakukan budidaya kedelai di lahan kering masam. Provinsi Lampung merupakan
salah satu provinsi yang memiliki potensi lahan kering masam yang cukup besar
yaitu seluas 2.650.413 ha. Dari keseluruhan luasan lahan tersebut yang sesuai
untuk tanaman semusim atau tanaman pangan yaitu seluas 912.609 ha. Oleh karena itu, kontribusi
Provinsi Lampung cukup besar dalam upaya meningkatkan produksi kedelai
melalui perluasan areal tanam baru
kedelai di lahan kering masam.
Beberapa kendala budidaya kedelai di lahan kering masam pada umumnya
adalah karena kondisi pH tanah, C organik, kandungan hara N, P, dan Ca rendah
serta Al dan Mn tinggi sering menjadi penghambat pertumbuhan dan hasil tanaman
kedelai. Untuk menghadapi kondisi semacam ini, Balitbangtan telah menemukan
kunci teknologi untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering masam. Salah satunya dengan menggunakan varietas
unggul Tanggamus yang toleran terhadap kemasaman tanah, dengan potensi produksi
di lahan kering masam hingga 1,75 – 2 t/ha. Selain itu, pemanfaatan bahan
pembenah tanah dan pupuk serta menambah kapur dan bahan organik, pupuk NPK
dapat juga memperbaiki kesuburan tanah.
Hasil observasi budidaya kedelai lahan kering masam di Kebun Percobaan
Natar dengan kondisi tanah kurang subur
pH tanah sekitar 4,5 – 5,5 budidaya
kedelai yang dilakukan dengan varietas Gepak Kuning, penambahan bahan organik 1
ton/ha di tambah 0,5 t/ha dolomite dan 200 kg pupuk NPK (16,16,16)/ha tanaman
kedelai mampu membentuk polong 35 – 65/pohon, sedang tanaman kedelai yang tanpa
pembenah tanah, tanaman kedelai hanya mampu membentuk polong sekitar 8 – 17
polong/pohon.
Jumlah lahan kering masam di Indonesia cukup luas yang tersebar di kepulauan Sumatera dan
Kalimantan, hal tersebut merupakan potensi untuk program pengembangan kedelai
melalui penambahan luas areal pertanaman baru.
Penambahan luas areal baru berkorelasi positif dengan peningkatan
produksi kedelai. Beberapa hal yang
perlu di pertimbangkan untuk perluasan areal adalah kesesuaian agroekologi
dengan teknologi dan kesesuaian agroekonomi yang menyangkut nilai kompetitif
harga kedelai dengan komoditas lain.
Sumber: Prof. Marwoto (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar