Minggu, 02 November 2014

Kunci Sukses Budidaya Kedelai di Lahan Kering Masam



Kunci Sukses Budidaya Kedelai di Lahan Kering Masam
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Saat ini upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yang paling memungkinkan adalah dengan cara meningkatkan produktivitas dan menambah luasan areal pertanaman kedelai. Salah satu kontribusi Balitbangtan untuk meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia adalah dengan menghasilkan inovasi teknologi budidaya kedelai spesifik lokasi yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai 1,75 – 2,5 t/ha. Dalam kurun waktu 2010 - 2013 lembaga penelitian dan pengembangan yang berada di bawah Kementerian Pertanian ini telah menghasilkan teknologi budidaya kedelai yang dapat meningkatkan produktivitas dari rata-rata 1,2 t/ha menjadi 1,4 t/ha. Namun, upaya pengembangan kedelai melalui perluasan areal tanam pada kurun waktu tersebut  dinilai belum dapat memenuhi target. Hal ini terkendala pada kesesuaian tanaman kedelai dengan agroekologi serta agroekonomi dan juga meningkatnya alih fungsi lahan pertanian di Indonesia.        

Menghadapi kendala tersebut, Balitbangtan merekomendasikan untuk melakukan budidaya kedelai di lahan kering masam. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi lahan kering masam yang cukup besar yaitu seluas 2.650.413 ha. Dari keseluruhan luasan lahan tersebut yang sesuai untuk tanaman semusim atau tanaman pangan yaitu seluas  912.609 ha. Oleh karena itu, kontribusi Provinsi Lampung cukup besar dalam upaya meningkatkan produksi kedelai melalui  perluasan areal tanam baru kedelai di lahan kering masam.

Beberapa kendala budidaya kedelai di lahan kering masam pada umumnya adalah karena kondisi pH tanah, C organik, kandungan hara N, P, dan Ca rendah serta Al dan Mn tinggi sering menjadi penghambat pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Untuk menghadapi kondisi semacam ini, Balitbangtan telah menemukan kunci teknologi untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering masam.  Salah satunya dengan menggunakan varietas unggul Tanggamus yang toleran terhadap kemasaman tanah, dengan potensi produksi di lahan kering masam hingga 1,75 – 2 t/ha. Selain itu, pemanfaatan bahan pembenah tanah dan pupuk serta menambah kapur dan bahan organik, pupuk NPK dapat juga memperbaiki kesuburan tanah.

Hasil observasi budidaya kedelai lahan kering masam di Kebun Percobaan Natar  dengan kondisi tanah kurang subur pH tanah sekitar 4,5 – 5,5  budidaya kedelai yang dilakukan dengan varietas Gepak Kuning, penambahan bahan organik 1 ton/ha di tambah 0,5 t/ha dolomite dan 200 kg pupuk NPK (16,16,16)/ha tanaman kedelai mampu membentuk polong 35 – 65/pohon, sedang tanaman kedelai yang tanpa pembenah tanah, tanaman kedelai hanya mampu membentuk polong sekitar 8 – 17 polong/pohon.    

Jumlah lahan kering masam di Indonesia cukup luas  yang tersebar di kepulauan Sumatera dan Kalimantan, hal tersebut merupakan potensi untuk program pengembangan kedelai melalui penambahan luas areal pertanaman baru.  Penambahan luas areal baru berkorelasi positif dengan peningkatan produksi kedelai.  Beberapa hal yang perlu di pertimbangkan untuk perluasan areal adalah kesesuaian agroekologi dengan teknologi dan kesesuaian agroekonomi yang menyangkut nilai kompetitif harga kedelai dengan komoditas lain.

Sumber: Prof. Marwoto (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar