Sabtu, 01 November 2014

Penggunaan Benih Jagung Hibrida Regenerasi pada Usahatani Jagung



Penggunaan Benih Jagung Hibrida Regenerasi pada Usahatani Jagung
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan benih hibrida turunan atau recycled hybrid masih menjadi pilihan petani khususnya pada pertanaman musim tanam kedua. Alasannya pun sederhana, harga benih hibrida mahal dan resiko gagal panen karena kekurangan air pada pertanaman di musim kemarau. Untuk menghindari kerugian, petani cenderung lebih memilih menanam generasi kedua (F2) dari pertanaman sebelumnya. Bahkan pada daerah tertentu, petani bahkan menanam generasi ketiga dan keempat. Tidak seperti tanaman padi, sistim penyerbukan tanaman jagung adalah sistim penyerbukan silang sehingga peluang kontaminasi atau pencampuran dengan tanaman lain sangat besar. Hal inilah yang mendasari mengapa jagung hibrida disarankan hanya boleh ditanam sekali saja. Demikian disampaikan Fauziah Koes pada seminar internal Balitsereal, 19 Mei 2014.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan turunan hibrida silang tunggal berpotensi menurunkan hasil sampai 42%, selain itu juga terjadi penurunan sejumlah parameter pertumbuhan seperti pertumbuhan fenotifik tanaman, hasil biji, mutu hasil, dan menurunkan daya simpan. Pada jagung hibrida silang tiga jalur, penurunan hasil relativf lebih kecil karena perbedaan sumberdaya genetik dimana hibrida silang tiga jalur dibentuk dari persilangan antara varietas dengan galur. Hasil penelitian menunjukkan Balitsereal menunjukkan bahwa penggunaan benih turunan pada pertanaman jagung hibrida silang tiga jalur menurunkan hasil sebesar 21,82%. Mempertimbangkan tingkat penurunan hasil maka jagung hirida silang tiga jalur sebaiknya ditanam maksimal sampai generasi kedua.

Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar