Penggunaan Benih Jagung Hibrida Regenerasi pada Usahatani Jagung
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penggunaan benih
hibrida turunan atau recycled hybrid masih menjadi pilihan petani khususnya
pada pertanaman musim tanam kedua. Alasannya pun sederhana, harga benih hibrida
mahal dan resiko gagal panen karena kekurangan air pada pertanaman di musim
kemarau. Untuk menghindari kerugian, petani cenderung lebih memilih menanam
generasi kedua (F2) dari pertanaman sebelumnya. Bahkan pada daerah tertentu,
petani bahkan menanam generasi ketiga dan keempat. Tidak seperti tanaman padi,
sistim penyerbukan tanaman jagung adalah sistim penyerbukan silang sehingga
peluang kontaminasi atau pencampuran dengan tanaman lain sangat besar. Hal
inilah yang mendasari mengapa jagung hibrida disarankan hanya boleh ditanam
sekali saja. Demikian disampaikan Fauziah Koes pada seminar internal
Balitsereal, 19 Mei 2014.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan turunan hibrida
silang tunggal berpotensi menurunkan hasil sampai 42%, selain itu juga terjadi
penurunan sejumlah parameter pertumbuhan seperti pertumbuhan fenotifik tanaman,
hasil biji, mutu hasil, dan menurunkan daya simpan. Pada jagung hibrida silang
tiga jalur, penurunan hasil relativf lebih kecil karena perbedaan sumberdaya
genetik dimana hibrida silang tiga jalur dibentuk dari persilangan antara
varietas dengan galur. Hasil penelitian menunjukkan Balitsereal menunjukkan
bahwa penggunaan benih turunan pada pertanaman jagung hibrida silang tiga jalur
menurunkan hasil sebesar 21,82%. Mempertimbangkan tingkat penurunan hasil maka
jagung hirida silang tiga jalur sebaiknya ditanam maksimal sampai generasi
kedua.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar