Gandum Tropis
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Gandum atau lebih populer tepungnya disebut terigu merupakan bahan
pangan yang banyak dibutuhkan penduduk Indonesia. Namun, produksi gandum dunia
dalam lima tahun terakhir cenderung menurun, sementara konsumsi terus
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan terigu nasional maka pemerintah harus
mengimpor seluruhnya karena komoditas pangan subtropis ini belum berkembang di
dalam negeri. Bila konsumsi gandum terus meningkat dengan harga yang terus
merangkak naik di pasar dunia, diperkirakan akan terjadi kelangkaan terigu di
pasar dalam negeri. Hal ini tentu akan menjadi kendala bagi keberlanjutan
industri pangan sehingga perlu dicarikan alternatif pemecahannya.
Untuk meningkatkan produktivitas gandum diperlukan varietas/galur yang
secara genetik berdaya hasil tinggi dan adaptif pada lokasi dengan ketinggian
< 400 m dpl. Hasil penelitian di Pasuruan dan Kuningan dengan ketinggian
lokasi 600 m dpl menunjukkan bahwa gandum dapat berproduksi dengan baik. Daerah
tertentu di NTT (Soe) dan Papua (Merauke) cocok untuk pengembangan gandum.
Penelitian di beberapa daerah lainnya di Indonesia juga membuktikan bahwa
gandum dataran rendah (tropis) dapat berbunga lebih cepat (35-51 hari)
dibandingkan dengan gandum dataran tinggi (55-60 hari). Namun, jika ditanam
pada suhu normal (tropis) maka gandum seringkali mendapat gangguan penyakit
karat. Sejumlah 15 galur/varietas gandum yang dikembangkan di dataran rendah
(< 400 m dpl) Merauke pada periode Juni-September 2009 memberi hasil 1,3-2,4
t/ha. Hasil tertinggi 2,4 t/ha diperoleh pada varietas introduksi
OASIS/SKAUZ//4*BCN, lebih tinggi dibandingkan varietas unggul nasional Selayar,
Nias, dan Dewata dengan hasil masing-masing hanya 1,9, 1,6, dan 1,3 t/ha.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Serealia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar