Penyebaran Penyakit Hawar Pelepah Padi dan Strategi Pengendaliannya
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanman Pangan Kementerian Pertanian
Republik Indonesia
Penyakit hawar pelepah padi disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani
Kühn (AG-1), merupakan salah satu penyakit yang saat ini berkembang dan
tersebar luas di daerah-daerah penghasil padi di Indonesia. Penanaman secara
luas padi varietas unggul tipe pendek beranakan banyak dan dipupuk dengan dosis
tinggi terutama urea, dapat meningkatkan keparahan penyakit hawar pelepah.
Penyakit hawar pelepah menjadi semakin penting peranannya di dalam sistem
produksi padi sawah, terutama di daerah pertanian padi yang intensif.
Oleh karena itu, perlu analisis komponen epidemi yang mempengaruhi
perkembangan hawar pelepah untuk menentukan strategi pengelolaannya. Pengamatan
menunjukkan bahwa hawar pelepah berkembang lebih parah di daerah rendah (0-200
m dpl.) dari pada di daerah sedang dan tinggi,
keparahan penyakit terlihat semakin meningkat pada varietas padi tipe
pendek beranakan banyak. Inokulum awal berupa sklerosia dan miselium dalam
seresah tanaman mempunyai peranan penting dalam perkembangan penyakit di
pertanaman.
Akan tetapi, sklerosia dapat gagal berkecambah karena dikoloni oleh
berbagai species bakteri antagonis dalam tanah. Bakteri yang bersifat antagonis
terhadap R. solani dapat diisolasi dari tanah sawah yang mengandung kompos.
Kompos matang dapat menekan perkecambahan sklerosia sebesar 14%, sedangkan pada
kompos matang yang diperkaya dengan bakteri antagonis dapat menekan
perkecambahan sklerosia sebesar 28%. Kelembaban relatif dan suhu di sekitar
tanaman padi mempengaruhi perkembangan penyakit hawar pelepah. Kelembaban
relatif menurun 2,8% ketika pengairan hanya dilakukan dengan cara penggenangan
pada parit keliling, dan turun sebesar 4,4% ketika dilakukan penggenangan lahan
1 kali seminggu. Teknologi pengendalian penyakit hawar pelepah dengan
menerapkan beberapa komponen epidemik secara terpadu mempunyai peluang
keberhasilan tinggi dalam menekan perkembangan penyakit.
Sumber: Bambang Nuryanto (Peneliti Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar